. Bukan Hanya Bebanmu (2) | Al-Qolamu

Al-Qolamu

Inspirasi Pencerah

Home » » Bukan Hanya Bebanmu (2)

Bukan Hanya Bebanmu (2)

Hidup memang tak luput dari masalah, dan masalah itu kian bertambah seakan berpacu dengan bergulirnya waktu. Beban hidup kita semakin bertambah seiring detik jarum jam. Sebutlah, TDL PLN naik, subsidi BBM dicabut, harga bahan pokok di pasar meroket, biaya pendidikan anak tak terkendali, musibah terjadi dimana mana, ancaman teroris masih menghantui, kejahatan meningkat, dan masih banyak lagi.

Yang perlu diingat adalah bahwa Sesungguhnya kita tidak sendiri, karena setiap jiwa membawa bebannya sendiri. Setiap orang memiliki beban kehidupan, entah muda atau tua, kaya atau serba kekurangan, rupawan atau sebaliknya, terpandang atau terkucilkan, dan lain sebagainya. Ironisnya, sering kali kita menganggap bahwa kita lah yang paling menderita. Kita mudah meraung, putus asa, mengeluh, dan marah oleh berbagai beban dalam hidup yang kita miliki dan lupa bersyukur. Padahal jika kita mau membuka mata sedikit, di sekitar kita saja, masih sangat banyak orang yang beban hidupnya jauh melebihi kita.

Suatu malam di sebuah busway. Penumpang tidak terlalu padat, kebanyakan berisi para pekerja atau karyawan kantor dengan wajah yang penat dan lelah. Bersandar, tertidur, sekedar memandangi jalan Jakarta yang mulai berdamai dengan malam, atau berbincang ringan dengan rekan seperjalanannya. Suasana busway sepi, hanya ada beberapa gumaman obrolan pelan khas orang dewasa terdengar. Masuk seorang ayah dan anaknya di sebuah halte, mereka duduk dan perjalanan berlanjut. Di sepanjang perjalanan sang anak mulai berceloteh riang dengan ayahnya, ramai sekali hingga suara-suara dalam busway tenggelam oleh kicau riang anak tersebut. Tak hanya celoteh, ia mulai berlari-lari bermain, kesana-kesini di dalam busway menikmati ruang cukup luang yang ada sambil tetap berceloteh riang.

Seorang bapak separuh baya, tampak dari penampilannya baru saja pulang kerja yang sedang beristirahat, sontak terganggu dengan suara anak tersebut. Tanpa perlu waktu lama ia segera berujar kepada bapak anak tersebut dengan suara cukup tinggi dari tempat duduknya ke arah tempat duduk bapak sang anak.

“ Pak, bisa didik anak ga sih? Saya sudah capek seharian kerja, berangkat pagi pulang malam dalam keadaan sangat lelah, di kantor saya banyak masalah, dan di sini ternyata saya masih juga mendapat masalah dari anak bapak, saya ingin istirahat, tapi anak bapak ini berisik sekali sehingga membuat saya tidak bisa istirahat, saya bisa stress kalau seperti ini” Ujar bapak separuh baya. Suasana bus mendadak sepi beberapa saat oleh suara tinggi sang bapak separuh baya.

Bapak sang anak hanya tersenyum, kemudian dengan lembut dia berujar.

“mohon maaf pak, mohon maaf untuk semua yang ada di sini, untuk sekali ini saja saya minta ijin kepada bapak dan semua yang ada di sini untuk membiarkan anak saya bermain. Ibunya baru saja meninggal hari ini. Dan saya kehabisan uang untuk sekedar naik taksi sehingga terpaksa naik busway. Jadi saya mohon biarkan anak ini menikmati keriangannya malam ini sebelum hari-hari beratnya esok.”

Sontak suasana busway tiba-tiba sepi tanpa suara medengar itu. Hanya ada celoteh seorang anak kecil berumur 3 tahun yang masih sangat riang bermain. Mata sang bapak separuh baya yang tadi merah padam langsung berkaca-kaca, ia menunduk, kemudian memanggil sang anak mengelus kepalanya dan mengajaknya bermain bersama.

Sekali lagi, kita tidak sendiri, dan yakinkan diri bahwa beban kita belum seberapa dibanding mereka. Letakkan bebanmu sejenak, buka mata dan putar pandanganmu, sungguh masih banyak orang yang sebenarnya menginginkan hidup sebaik hidupmu.


https://alqolamu.blogspot.com/2017/03/bukan-hanya-bebanmu-2.html

Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Komentar Anda: