. Berapa Harganya? | Al-Qolamu

Al-Qolamu

Inspirasi Pencerah

Home » » Berapa Harganya?

Berapa Harganya?

Demi sebuah HARGA DIRI orang rela melakukan banyak perjuangan dan pengorbanan. Membelanjakan jutaan rupiah di pusat-pusat perbelanjaan, tampil mewah dan glamour di perjamuan dan tempat undangan, melatih diri di tempat-tempat fitnes dan kebugaran, termasuk berjuang mecapai titik tertinggi dalam pendidikan dan karir semua tidak lepas dari sesuatu yang bernama HARGA DIRI. Bahkan bagi sebuah negara HARGA DIRI kadang bisa berarti PERANG.
Saat itu senen pagi, upacara tengah berlangsung. Siswa-siswi SMAN 1 Teluk Kuantan berbaris rapi di lapangan. Pandangan mereka lurus ke depan, mulut terkatup rapat. Entah karena terhipnotis dengan amanat Ibu Kepala Sekolah, atau cuma karena takut dipanggil guru BP, semua membisu.

Namun itu rupanya cuma berlaku di 5 barisan terdepan. Tejo yang berada di pojok barisan paling belakang terlibat canda seru dengann Udin. Sesekali cekikan mereka terdengar agak keras, hingga Lina yang galau karena kemarin gagal malam minggu merasa terganggu.

"Hargailah orang yang berbicara di depan.." ujar lina tanpa menoleh dan kembali bersiap melanjutkan lamunannya yang sempat terhenti.

"Emang berapa harganya?... jawab Tejo bergurau disambut tawa kecil kelompok pojokan yang sedari tadi ikut menguping kelakar badut-badut itu.

Meski hanya gurauan, bahkan mungkin bagi Tejo sendiri ungkapan itu tak bermakna apa-apa selain 'plesetan' buat menggoda Lina, soal BERAPA HARGA sebenarnya bukanlah hal sepele bila dikaitkan dengan DIRI manusia.

Demi sebuah HARGA DIRI orang rela melakukan banyak perjuangan dan pengorbanan. Membelanjakan jutaan rupiah di pusat-pusat perbelanjaan, tampil mewah dan glamour di perjamuan dan tempat undangan, melatih diri di tempat-tempat fitnes dan kebugaran, termasuk berjuang mecapai titik tertinggi dalam pendidikan dan karir semua tidak lepas dari sesuatu yang bernama HARGA DIRI. Bahkan bagi sebuah negara HARGA DIRI kadang bisa berarti PERANG.

Harga diri atau self esteem yang secara sederhana dapat diartikan sebagai penilaian individu terhadap dirinya sendiri (Buss, 1973), memang sangat abstrak dan sulit untuk diverbalisasi. Namun implikasi dan efeknya sangat besar. Dari sudut pandang pisikologi dan ilmu kesehatan jiwa, harga diri dianggap sebagai 'penyebab utama' munculnya depresi dan perilaku kekerasan, termasuk bullying. yang pada akhirnya akan menentukan dan merubah arah kehidupan suatu individu, masyarakat, bangsa dan negara.

"eleh.. opo iki mas... mas, omongane sampean ketinggian.. pake bawa-bawa kesehatan mental sgala... " :P
"hehehe... Iya ya.. aku jadi ngelantur sok intelek gitu... " :)

"Baik, sekarang kembali ke diri kita." Masalahnya, di antara kita masih banyak yang bingung menilai diri sendiri bahkan tidak tahu siapa sebenarnya diri kita ini. Kadang Kita marah besar ketika seseorang menyinggung harga diri kita dan Terkadang juga diri dihinggapi rasa putus asa karena merasa tak bernilai lagi.

Suatu ketika, ada seseorang pakar pisikologi memulai forumnya dengan mengeluarkan selembar uang seratus ribu. Uang itu masih baru dan terdengar bunyi gemeresek ketika bergesekan. Pakar itu kemudian bertanya “Siapa di antara kamu yang mau uang ini, jika diberikan ikhlas padamu?” Langsung saja yang mengangkat tangan banyak sekali.

Katanya lagi ” Ya, ini akan saya berikan, tapi sebelumnya biar saya melakukan hal ini”. Ia meremas uang kertas seratus ribu itu, menjadi gulungan kecil yang kumal. Kemudian dia buka lagi ke bentuk semula : lembaran seratus ribu, tapi sudah kumal sekali. Lalu dia bertanya ” Siapa yang masih mau uang ini?” Tetap saja banyak yang angkat tangan, sebanyak yang tadi.

“Oke, akan saya kasih, tapi biarkan saya melakukan hal ini”. Dia menjatuhkan lembaran uang itu ke lantai, terus diinjak-injak pakai sepatunya yang habis berjalan di tanah becek sampai nggak karuan bentuknya. Dia tanya lagi” siapa yang masih mau?” Tangan-tangan masih saja terangkat. Masih sebanyak tadi.

“Nah, sahabatku, sebenarnya kita dapat mengambil satu nilai yang sangat berharga dari peristiwa tadi. Kita semua masih mau uang ini walau bentuknya sudah nggak karuan lagi. Sudah jelek, kotor, kumal… tapi nilainya tidak berkurang: tetap seratus ribu rupiah."

"Sama seperti kita. Walau jatuh, tertimpa tangga pula… tengah sakit, tengah hancur pula, atau kamu gagal, nggak berdaya, terhimpit, dan merasa terhina, kecewa dan terkhianati, atau dalam keadaan apapun, kamu tetap tidak kehilangan nilaimu… karena kamu begitu berharga. Jangan biarkan kekecewaan, perasaan, ketakutan, sakit hati, menghancurkan kamu, harapanmu, atau cita-citamu.”

“Kamu akan selalu tetap berharga, bagi dirimu, bagi diriku, bagi sahabatmu, bagi sahabat yang lain dan kamu tetap sama dimata Tuhanmu. Dia akan berlari mendekatimu, jika kau berjalan menuju-Nya. fithrah setiap diri kita akan mulia jika mencoba mendekati sifat-sifat Tuhan. Disanalah nilai diri itu berada.”

Semakin kita mendekatkan diri kepadaNYA, maka akan semakin bernilailah kita. (Bersambung...)

Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Komentar Anda: