. Teruslah Berharap | Al-Qolamu

Al-Qolamu

Inspirasi Pencerah

Home » » Teruslah Berharap

Teruslah Berharap

"lima ribu lagi..lima ribu lagi..!! Pepaya pak.." Suara seorang pedagang buah seakan ingin memotong langkahku yang terburu- buru. Aku cuma melirik sebentar. Dalam keremangan senja tanpa lampu penerang di sana, sekilas kulihat satu potongan buah pepaya yang lumayan gede.

Sepertinya memang sudah harus segara terjual. Sudah kelewat matang terlebih lagi kondisinya yang sudah terbagi dua. Selain aku hanya ada ada 2 atau 3 pejalan kaki yang melintas juga sama terburu-buru.

Sementara itu sejumlah PKL lain tampak sibuk mengemasi barang barangnya. Beberapa sudah terbungkus rapi. Ada yang masih mengikat-ikat dan ada pula yang tengah membolak balik lembaran rupiah, menghitung hasil jerih payahnya.

Namun Karena memang tak berniat membeli, aku bergegas mempercepat langkah. Gerimis yang menyelimuti Kota pekanbaru petang itu lebih menyita perhatianku. Aku harus cepat- cepat tiba di rumah.

Sepintas tidak ada yang istimewa dalam nukilan di atas. Hanya beberapa paragraf yang menggambarkan sebuah perjalanan terburu- buru melintasi senja gerimis di sebuah lokasi pedagang kaki lima.

Tapi tunggu dulu.. Pedagang itu! ya dia tidak berhenti menawarkan dagangannya kepada setip orang yang lewat, tak peduli apakah akan berhasil atau tidak. Padahal langit sudah semakin kelam dan orang-orang mulai beranjak pergi.

Mengalami hal ini, aku jadi ingat sebuah narasi motivasi yang erat kaitannya dengan semangat mereka para pedagang kaki lima sebagai berikut :

Sepasang suami istri menggelar dagangannya di trotoar jalan. Saat itu petang turun terburu-buru. Lampu jalan tak cukup terang menerangi dagangan mereka. Di kanan kiri tumpukan bongkaran pasar mengepung. Di depan, berlalu lalang kendaraan dan langkah- langkah cepat. Siapa pula yang tertarik membeli? Namun, mereka berdua silih berganti menyapa dan menawarkan dagangan. Kaos anak warna warni, setangan sebungkus tiga, rok kecil, dan entah apalagi.

"wahai suami istri pedangang, mengapa kalian yakin ada yang membeli dagangan itu. Bagaimana kalian bisa menjajakan barang di keremangan dan keriuhan seperti ini?"

"Kami tak kehilangan harapan". Begitu jawabnya. "Itulah satu-satunya kekuatan kami. Kami tak tahu apa dan bagaimana membesarkan usaha ini, namun kami tahu HARAPAN TAKKAN PERNAH MENINGGALKAN MEREKA YANG MENGGENGGAMNYA".


Sobat al-Qolamu, Berterima kasihlah pada orang-orang kecil yang memberikan teladan dan menebarkan harapan perbaikan hidup pada kita. Mereka tiang penyangga yang menahan langit dari kuntuhan. Mereka peredup terik mentari kehidupan yang ada kalanya terasa panas membakar

Sumber : e-book motivasi bab.3 dari yohukm@yahoo.com

Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Komentar Anda: