. Tidak Berhenti Belajar | Al-Qolamu

Al-Qolamu

Inspirasi Pencerah

Home » » Tidak Berhenti Belajar

Tidak Berhenti Belajar

Sekali orang menganggap dirinya hebat dan ia berhenti mendengarkan, berarti ia berhenti berubah. Dan berhenti berubah sama artinya dengan menentang arus kehidupan. Maka dalam konteks ini, Konsep belajar seumur hidup yang dalam term agama dikenal dengan istilah "min al-Mahd ila al-Lahd" (dari Ayunan sampai liang Lahat) mendapatkan urgensinya

Mungkin dalam berapa pertemuan, anda disuguhkan dengan kisah-kisah orang sukses yang berjuang dari bawah. Mereka benar-benar menjadi cermin from zero to hero. Bekerja keras, belajar tanpa henti, sabar dan tabah dalam menjalani hidup susah, gigih, ulet, tidak pernah menyerah dll yang hampir seluruh jalan ceritanya mampu memberi inspirasi dan motivasi bagi setiap orang.

Keberhasilan memang tidak mudah, penuh lika-liku perjuangan. Ibarat batuan dalam perut bumi, perlu ditempa dengan pukulan dan panas sampai menjadi perhiasan yang berharga. Sayangnya, setelah berhasil ada diantara mereka yang terbuai kenikmatan hidup yang ia reguk hingga melupakan semua kegetiran yang pernah ia lalui. Ia berubah menjadi pongah, angkuh dan egois. Ia tidak lagi bersedia mendengarkan orang lain dan menjadi berhenti belajar.

Saat itu, manakala orang berhenti belajar dan merasa diri sudah selesai. Tanpa dia sadari, lingkungannya terus belajar, berinovasi, dan berkembang. Sementara, dia mandek di posisinya. Akibatnya, kue kesuksesan yang dia peroleh lama-kelamaan menjadi basi. Tanpa sadar, dengan sangat cepat para kompetitor akan melesat jauh meninggalkan dirinya di belakang. Tinggallah ia terkungkung dalam jebakan retorikanya sendiri, dalam kalimat dan jurus yang itu-itu saja alias usang. Arogansi telah menutupi hati dan pikirannya dari pegembangan kreatifitas dan inovasi-inovasi baru hingga akhirnya, arogansi itu berbuah malapetaka dan kehancuran.

Sebut saja umpamanya sosok Mao, Hitler, ataupun Stalin. Mereka berjuang dari basis bawah menuju pucuk kepemimpinan. Mereka pun berjuang untuk perubahan di masyarakatnya. Orang-orang menjadi kagum akan idealisme dan kepeloporan mereka yang sangat luar biasa. Namun, mereka lupa daratan ketika sukses. Mereka memonopoli kebenaran tunggal alias antikritik dan antipembaruan. Mereka memimpin dengan tangan besi. Korban pun bergelimpangan dari tangannya. Dan, anda pasti tau akhir dari sejarah mereka.

Penyakit arogan ini Tentu saja tidak hanya terbatas dalam persoalan politik dan kekuasaan semata. Semua bisa kena, tak terkecuali Guru, Dokter, Jendral besar, ustadz dan rohaniawan, akuntan, hakim, jaksa, pengusaha dll. Bahkan dalam sejarah bisnis, IBM yang begitu besar dan terkenal pun pernah mengalami kemerosotan saat arogansi membekap sikap dan pikiran para pemimpin mereka.

Sekali orang menganggap dirinya hebat dan ia berhenti mendengarkan, berarti ia berhenti berubah. Dan berhenti berubah sama artinya dengan menentang arus kehidupan. Maka dalam konteks ini, Konsep belajar seumur hidup yang dalam term agama dikenal dengan istilah "min al-Mahd ila al-Lahd" (dari Ayunan sampai liang Lahat) mendapatkan urgensinya.

Alfred Binet sang pencipta tes IQ pernah menulis bahwa orang yang pada awalnya paling cerdas tidak selalu menjadi yang paling cerdas pada akhirnya.

http://alqolamu.blogspot.com/2014/11/tidak-berhenti-belajar.html

Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Komentar Anda: