. Pesona Baju | Al-Qolamu

Al-Qolamu

Inspirasi Pencerah

Home » » Pesona Baju

Pesona Baju

Kisah menarik ini tentu bisa ditafsirkan dalam berbagai versi. Namun yang jelas, pesona baju itu betul-betul melekat dalam banyak interaksi sosial. Dan lagi-lagi perlu diingat bahwa sering kali pesona baju itu "menipu". makanya Allah SWT mengingatkan manusia agar tidak terjebak dalam praduga, karena sebagian praduga itu adalah dosa.
Judul ini digunakan oleh Andreas Harefa dalam salah satu buku best-sellernya "mindset Therapy". Anderas menggunakan istilah "Pesona baju" untuk menyebut gambaran satu sosok pribadi dilihat dari tampilan luar. Menurutnya "pesona Baju" sering kali membuat orang "tertipu"

Orang yang datang dengan wajah memelas, akan kita kira sebagai orang yang tengah memerlukan bantuan. Orang yang datang dengan penuh gagasan akan memancarkan pesona cerdas dan bisa diandalkan. Yang datang dengan semangat menggebu-gebu tampak seperti seorang marketing handal, dan orang yang turun dari mobil mewah dapat diduga sebagai orang kaya.

Mereka yang sering muncul di koran dan televisi kita anggap sebagai orang terkenal dan hidupnya serba sukses. Orang yang bicara tentang ayat-ayat suci langsung kita anggap sebagai rohaniawan, sementara orang yang berbicara kasar dianggap tidak berpendidikan. Mungkin dalam gambaran sebagian orang, para pegawai atau pejabat pemerintah itu adalah kaki tangan koruptor dan para pengusaha itu setidaknya adalah orang-orang yang pernah menipu, menindas , berkolusi atau merampok secara "cerdas" sehingga bisa kaya di negeri yang sebagian besar penduduknya masih miskin.

Begitulah Pesona Baju. Ia membentuk sebuah image dalam pemikiran kita tentang seseorang secara langsung dari interaksi sekilas. Tidak selamanya salah memang, namun kepercayaan yang dibangun semata-matas atas pesona baju, jelas tidak benar. Ia tidak akan melahirkan pengetahuan yang valid dan tidak jarang juga menyesatkan. Seperti kisah Harvard versus Stanford berikut :

Seorang wanita dengan gaun pudar mengggandeng suaminya yang berpakaian sederhana dan usang. Mereka turun dari kereta api di Boston, dan berjalan dengan malu-malu menuju kantor pimpinan Harvard University. Sesampainya di sana sang sekretaris universitas langsung mendapat kesan bahwa mereka adalah orang kampung, udik sehingga tidak mungkin ada urusan di Harvard dan bahkan mungkin tidak pantas berada di Cambridge.

"kami ingin bertemu pimpinan Hardvard" kata sang pria lembut.
"Beliau hari ini sibuk" sahut sang sekretis cepat.
"Kami akan menunggu", jawab sang wanita.

Selama empat jam, sekretaris itu mengabaikan mereka dengan harapan bahwa pasangan tersbut akhirnya akan patah semangat dan pergi. Namun nyatanya tidak. Sang sekretaris mulai frustasi, dan akhirnya memutuskan untuk melapor kepada pimpinannya.

"mungkin jika anda menemui mereka selama beberapa menit, mereka akan pergi" katanya kepada sang pimpinan Harvard.

Sang pimpinan menghela nafas dengan geram dan mengangguk. Orang sepenting dia pasti tidak punya waktu untuk mereka. Dan katika dia melihat dua orang yang mengenakan baju pudar dan pakaian usang di luar kantornya, rasa tidak senangnya sudah muncul. Dengan wajah galak ia menuju pasangan tersebut. Sang wanita berkata kepadanya :

"Kami memiliki seorang putra yang kuliah tahun pertama di Harvard. Dia sangat menyukai Harvard dan bahagia di sini. tetapi setahun yang lalu, dia meninggal karena kecelakaan. Kami mendirikan peringatan untuknya, di suatu tempat di kampus ini, Boleh?" tanyanya dengan mata yang menjeritkan harapan.

Sang pimpinan Harvard tidak tersentuh, wajahnya memerah, dia tampak terkejut.

"Nyonya" katanya dengan kasar. "Kita tidak bisa mendirikan tugu untuk setiap orang yang masuk Harvard dan meninggal. kalau kita lakukan itu, tempat ini sudah akan seperti kuburan"

"Oh, bukan", sang wanita menjelaskan dengan cepat. "kami tidak akan mendirikan tugu peringatan. kami ingin memberikan sebuah gedung untuk Harvard"

Sang pimpinan memutar matanya. Dia sekilas menatap baju pudar dan pakaian usang yang mereka kenakan dan berteriak,

"Sebuah gedung?! apakah kalian tahu berapa harga sebuah gedung? Kalian setidaknya harus punya 7,5 juta dolar lebih hanya untuk bangunan fisik Harvard"

Untuk beberapa saat, sang wanita terdiam. sang pimpinan harvard senang, mungkin dia bebas dari mereka sekarang.

Sang wanita menoleh kepada suaminya dan berkata pelan, "Kalau hanya sebesar itu biaya untuk memulai sebuah universitas, mengapa tidak kita buat sendiri saja?"

Suaminya menangguk, wajah sang pimipinan Harvard tampak bingung. Mr dan Mrs. Leland Stanford bangkit dan berjalan pergi, melakukan perjalanan ke palo Alto, California. Di sana mendirikan sebuah universitas yang menyandang nama mereka, sebuah pengingat untuk seorang anak yang tidak lagi dipedulikan Harvard. Universitas tersebut adalah Stanford University, salah satu perguruan tinggi favorit kelas atas AS.

Kisah menarik ini tentu bisa ditafsirkan dalam berbagai versi. Namun yang jelas, pesona baju itu betul-betul melekat dalam banyak interaksi sosial. Dan lagi-lagi perlu diingat bahwa sering kali pesona baju itu "menipu". makanya Allah SWT mengingatkan manusia agar tidak terjebak dalam praduga, karena sebagian praduga itu adalah dosa.

يااْيها الذين ءامنوا اجتنبوا كثيرا من الظن إن بعض الظن إثم

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, karena sebagian dari prasangka itu dosa.” (QS. Al-Hujurat : 12)

Dalam kisah-kisah Harun al-rasyid juga pernah diceritakan soal pesona baju yang menipu itu. Kala itu salah seorang gubernur melangsungkan sebuah hajatan, resepsi pernikahan anaknya. Pesta digelar dengan sangat mewah, semua pembesar negeri diundang, termasuk Khalifah, sang presiden.

Khalifah yang memang terkenal arif dan bijaksana itu berniat ingin menguji masyarakatnya, termasuk sang gubernur. Apakah mereka betul-betukl mampu menghargai orang sebagai manusia, atau hanya menghargai baju yang dipakai. maka dengan memakai baju biasa dan bisa dibilang lusuh, sang khalifah datang ke hajatan gubernur tersebut secara diam-diam tanpa iringan pengawal istana.

Alhasil, bukannya dipersilahkan masuk, ia malah diusir oleh para pengawal gubernur. Ia bertahan dan memelas minta sepiring nasi, namun tetap tidak diberikan bahkan ia diusir paksa oleh mereka. Sehingga sang Khalifah pun kembali ke istana.

Ia berganti baju dan melakukan perjalanan dinas resmi dikawal tentara kerajaan. Sambutan dan upacara pun digelar saat iring-iringan Khalifah mendekati kediaman sang gubernur. Namun ketika dipersilahkan mencicipi hidangan yang tersedia, pemandangan aneh dan mencengangkan tampak dari sang khalifah.

Bukannya memasukkan makanan-makanan itu ke piring makannya, khalifah justru memasukkan makanan tersebut kedalam kantorng-kantong bajunya. Setiap kali satu pring makanan ia ambil, langsung ia tumpahkan ke dalam saku-saku bajunya, hingga bajunya belepotan dan tumpahan itu berceceran di lantai. Semua hadirin tentu terkejut, namun tidak ada yang berani menegur termasuk sang gubernur. hingga sang khalifah pun kemudian berdiri dan berkata :

"Saudara-saudara sekalian, rakyatku. Aku melakukan ini semua adalah untuk mengajarkan kalian, bahwa penghargaan tidak seharusnya kalian berikan kepada sebuah "baju", sebab ia tidak memerlukannya. Tadi saya telah datang ke sini dengan diam-diam tanpa baju kebesaran dan kawalan, bukannya dihargai, saya malah diusir paksa. akan tetapi setelah saya kembali dengan seuatu yang kalian sebut "kebesaran" kalian menyambut saya dengan penuh hormat. Itu berarti kalian belum bisa menghargai orang dari kemanusiaannya, melainkan dari "baju" yang ia pakai, makanya saat ini, baju ini pulalah yang berhak atas semua makanan yang ada"

https://alqolamu.blogspot.com/2014/11/pesona-baju.html

Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Komentar Anda: