. Kesalahan dalam Ber-Ramadhan, Untungkan Spekulan Nakal | Al-Qolamu

Al-Qolamu

Inspirasi Pencerah

Home » » Kesalahan dalam Ber-Ramadhan, Untungkan Spekulan Nakal

Kesalahan dalam Ber-Ramadhan, Untungkan Spekulan Nakal

Meski Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyatakan telah menyiapkan stok (standby stock) yang melimpah untuk menghadapi lonjakan harga pada ramadhan tahun ini, Namun Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta melihat kondisi di lapangan, harga-harga bahan pokok mulai menanjak naik.

Kenaikan harga sembako jelang Ramadan, seolah telah menjadi permasalahan musiman. Tingginya permintaan selalu disebut sebagai penyebab kenaikan harga, di samping ketidak-sigapan pemerintah dalam menjaga ketersediaan barang di tengah-tengah kejahatan spekulan yang paling pintar memanfaatkan situasi.

Harga Sembako Mulai merangkak naik

Menghadapi para spekulan nakal tersebut, berdasarkan perintah presiden, Kapolri telah membentuk Tim Satgas Pangan yang dipimpin oleh Irjen Setyo Wasisto selaku Kadiv Humas Polri. Sementara untuk tingkat daerah, Kapolri telah memerintahkan Direktur Reserse Kriminal Khusus (Dirreskrimsus) Polda agar mampu menstabilkan harga kebutuhan pokok hingga hari raya Idul Fitri 2017.

Selain berharap pada ketegasan pemerintah dengan Tim Satgas Pangan dan Dirreskrimsus-nya, sebenarnya ummat Islam perlu mereview kembali cara mereka berpuasa. Soalnya, dengan berpuasa seharusnya kebutuhan pangan itu menurun. Kalau biasanya acara konsumsi bisa 3 sampai 5 kali sehari, maka dalam ramadhan seharusnya konsumsi hanya berlangsung sebanyak 2 kali, yakni pada saat sahur dan ifthar.

Akan tetapi dalam kenyataannya, masih banyak warga muslim yang menjadikan Ramadhan sebatas menukar waktu makan, dari siang hari menjadi waktu malam. Bahkan tidak sedikit di antara mereka yang menjadikan bedug maghrib sebagai tanda "balas dendam". Jadilah frekwensi komsumtif itu meningkat sepanjang malam hingga waktu imsak.

Padahal, al-Shaum itu secara harfiah bermakna "menahan diri". Yakni menahan diri dari segala yang membatalkan ibadah dan pahala puasa, termasuk menahan diri dari sikap dan pola hidup yang berlebihan. Allah sangat tidak suka pada mereka yang berlebihan :

يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan (QS. Al-A'raf :31)

Bila berpusa itu tujuannya adalah untuk mendekatkan diri kepada-Nya, maka melakukan hal-hal yang Ia benci, termasuk berlebih-lebihan dalam makan, minum dan berpakaian, tentu saja kontraproduktif dengan tujuan yang ingin dicapai. So.. dengan menyadari hakikat puasa yang benar, lalu digejewantahkan dalam tingkah dan pola prilaku yang benar, insyaAllah tidak akan ada lonjakan permintaan sembako yang dapat dipermainkan oleh para spekulan.

Bila mau, setiap individu dapat berpartisipasi dalam memerangi kejahatan spekulan, yakni dengan melaksanakan puasa sesuai tuntunan.

Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Komentar Anda: