. Ramadhan Momentum Pengendalian Keinginan dan Kebutuhan | Al-Qolamu

Al-Qolamu

Inspirasi Pencerah

Home » » Ramadhan Momentum Pengendalian Keinginan dan Kebutuhan

Ramadhan Momentum Pengendalian Keinginan dan Kebutuhan

Sebagai sebuah lobang yang sangat dalam, keinginan seringkali melampaui batas kemampuan. Banyak dari keinginan-keinginan sejatinya bukanlah kebutuhan. Makanya ada pepatah yang mengatakan "Tuhan memang tidak mengabulkan semua keinginanmu, namun Dia selalu memeberikan apapun yang engkau butuhkan"

Oleh karena itu perlu ada "Pengendalian diri" agar manusia tidak diperbudak oleh keinginan-keinginan yang sebenarnya tidak ia butuhkan. Terlebih bila keinginan-keinginan tersebut berada di luar jangkauan. Pemaksaan pemenuhan keinginan yang berada di luar batas kemampuan hanya akan meninbulkan masalah demi masalah yang semakin berkelindan.

Menjatuhkan harga diri, menerobos resiko bahkan mengabaikan keselamatan jiwa dan keluarga seolah menjadi persayaratan bagi pemaksaan pemenuhan keinginan yang berada di luar batas kemampuan. Akibatnya jelas, Seekor burung di angkasa dapat terbang bebas merdeka sampai ia memaksakan diri mengejar umpan dalam perangkap. Sejak tertangkap, ia hanya menjadi sebuah mainan di tangan anak-anak.

Hal pertama yang mesti dipahami dalam upaya "pengendalian" adalah penyusunan skala prioritas. Supaya kebutuhan tetap lebih diutamakan dari pada sekedar keinginan yang tidak dibutuhkan. Dalam ilmu-ilmu sosial, teori Abraham H Maslow tentang heirarki kebutuhan sering dijadikan acuan. Bahwa prioritas kebutuhan dari tingkat tertinggi hingga yang paling akhir digambarkan sebagai berikut :
  1. Basic physical needs (kebutuhan fisik yang mendasar)
  2. Safety and security (keamanan dan kepastian)
  3. Belonging and social needs (kebutuhan keterikatan sosial)
  4. Esteem and status (penghargaan dan status)
  5. Self actualization and fulfillment (aktualisasi diri dan pemenuhannya)

Bagi yang penghasilan relatip rendah, urutan nomor satu harus didahulukan. Terus dilanjutkan dengan urutan dua yang menyangkut keamanan dan kepastian hidup kedepan. Sedangkan bagi yang berpenghasilan tinggi, urutan pertama dan kedua tentu saja bukan masalah. Namun kecenderungannya akan berbeda-beda terhadap urutan prioritas tiga, empat dan lima. Susunanya tergantung interest atau minat, latar belakang pendidikan dan peran sosial masing-masing, bahkan kadang-kadang berubah-ubah menurut selera dan usianya.

Mumpung menghadapi Ramadhan, ada baiknya upaya pengendalian ini ditegaskan kembali agar makna "al-shaum" sebagai pengendalian dapat menemukan esensinya. Terutama dalam mengantisipasi "Kebutuhan Mata" yang dijejali berbagai produk lebaran. Bagi yang punya penghasilan pas-pasan, hendaknya mempertimbangkan langkah kongkrit pengendalian :
  1. Membatasi pembelian dengan angsuran/kredit.
  2. Mendekatkan keinginan pada kebutuhan.
  3. Mengurangi kemungkinan pembelian seketika lihat(impulse buying).
  4. Tidak terpengaruh iklan yang menyesatkan (recieved promotion).
  5. Membandingkan harga produk bersaing (price competition)
  6. Mengerti manfaat dan fitur barang (Features of product)
  7. Effisiensi menyeluruh: pemakaian telepon, listrik, gas dan air.
  8. Mengatur mobilitas sesuai keperluan.

Dalam jangka panjang, perlu pula diupayakan kemungkinan peningkatan kemampuan. Seperti sekolah/kuliah/training yang lebih tinggi, kemungkinan promosi, alternatif tempat kerja yang lebih baik serta alternatif tambahan sumber rejeki yang halal dan barokah.

Di balik semua itu, hal yang lebih mendasar lagi adalah keikhlasan menerima keadilan Illahi. Mengikuti kuasa tuhan, kehidupan bukanlah hitungan matematis. Ada nilai keberkahan yang sangat mempengaruhi terpenuhi atau tidaknya keinginan dan kebutuhan. Tidak jarang dalam sebuah gubuk lebih sering dihiasi tawa bahagia dibanding apartemen dan gedung mewah.

Terkait ibadah puasa Ramadhan, Pengendalian diri dari keinginan dan kebutuhan dilatih secara khusus. Bayangkan saja, kebutuhan yang paling mendasar, bahkan halal seperti makan dan minum (milik sendiri) serta berhubungan suami istri dikendalikan secara ketat dan bersipat individual. Tentunya nilai taqwa yang bakal diraih pada akhir hari kemenangan, diharapkan mampu memelihara setiap pribadi mulsim dari hal-hal yang dilarang. Sehingga keberkahan betul-betul dirasakan hadir dalam setiap jiwa yang telah kembali fitrah.

https://alqolamu.blogspot.com/2017/05/ramadhan-momentum-pengendalian.html

Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Komentar Anda: