. Lama-Lama Menjadi Bukit | Al-Qolamu

Al-Qolamu

Inspirasi Pencerah

Home » » Lama-Lama Menjadi Bukit

Lama-Lama Menjadi Bukit

Pepatah usang yang semua orang sudah tahu. Pepatah atau peribahasa yang sudah jarang dibicarakan ini memang tampak sepele dan tidak menarik. Tapi tahukah anda bahwa banyak orang yang hidup bahkan bisa menghidupi ribuan orang dengan pepatah ini? ah masa sih.. :)

Tak usah jauh-jauh, sebut saja umpamanya Operator Seluler anda. Mereka selalu mempromosikan paket-paket layanannya dengan kata-kata 'hanya....' dan benar hanya 5000, 1000, 500 bahkan ada yang dibawah 100 rupiah. Nyaris tidak akan ada orang yang merasa kehilangan dengan uang sejumlah itu (Rupiah lho.. bukan dolar).

Tetapi, 1 persen saja penduduk Indonesia yang lebih dari 250 juta manusia ini menggunakan paket seribuan, itu berarti 2.500.000 x 1000 = 2.5 milyar !! bayangkan kalau sehari seorang pengguna menghabiskan sampai 10 ribu rupiah.Makanya acara-acara televisi yang melibatkan voting sms sanggup memberikan hadiah sampai seharga sebuah mobil.

Anggaplah hadiah tersebut bernilai 200 juta ditambah semua biaya produksi lainnya sampai 1 milyar semalam, perusahaan masih memiliki sisa dari satu transaksi sekitar 1,5 milyar. Ya itu hanya satu even yang bisa jadi hanya satu malam, sejam, semenit atau mungkin beberapa detik.

Masih kurang yakin dengan kekuatan pepatah usang itu? Gambar gundukan sarang semut ini adalah bukti nyata kekuatan 'sedikit' yang dilakukan secara terus menerus dalam lingkaran sebuah network terpercaya.

saya rasa orang-orang sebenarnya sudah sangat faham dengan makna peribahasa di atas. Hanya saja banyak diantara kita yang kata orang Malaysia 'tidak ambil berat' terhadapnya. Padahal selain dalam makna positif yang ada, pepatah atau peribahasa 'sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit' juga berdampak sama dalam perkara-perkara negatif.

Lihatlah kaca jendela rumah anda. Bila baru sehari atau seminggu terkena debu, anda bisa membersihkannya tanpa harus mencuci karena debunya masih 'sedikit'. Coba kalau beberapa bulan sampai bertahun-tahun, akan sangat sulit dibersihkan tanpa bantuan air dan detergen.

Demikian pula halnya dengan timbunan hal-hal negatif dalam diri kita. Dosa, Kemarahan, dendam, sifat malas dan lain sebagainya merupakan anak ular yang lama-lama akan menjadi ular dewasa berbisa yang siap menelan diri kita sendiri. Seorang ulama mengatakan :

TIdak ada dosa 'kecil' bila dilakukan berulang-ulang dan tidak pula ada dosa yang besar bila selalu dimintakan ampun dan bertobat

Sobat sekalin, mungkin saya tidak pandai menjelaskan hal ini dengan baik. Tetapi menurut saya kekuatan 'sedikit menjadi bukit' itu sangat luar biasa dan telah dijalani oleh banyak orang walau mereka tidak mengatakan demikian, bahkan bisa jadi tanpa mereka sadari.

Dulu Ketika masih remaja, saya heran dengan tukang servis jam yang membuka lapaknya di depan sebuah toko jam yang besar. Begitu pula dengan penjaja makanan di depan sebuah restoran/rumah makan, pedagang kain di depan toko busana dan butik.

Dalam pikiran bodoh saya, mana mungkin mereka bisa menghidupi keluarganya degan cara begitu bila orang-orang melihat sesuatu yang lebih besar di belakang usaha mereka. Ternyata saya salah. Rezeki tidak kemana dan kembali konsep 'sedikit-demi sedikit' itu membuktikanya.

Salah seorang tukang servis jam yang saya kenal, berhasil mengantarkan 3 anaknya menjadi sarjana, dua diantaranya di bidang medis. Sungguh biaya yang tidak sedikit untuk pendidikan kesehatan di negeri ini. Tapi begitulah, usaha terus menerus penuh keyakinan dan tidak bosan meminta kepada-Nya, insyaAllah You will found the way.


حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ عَنْ مَالِكٍ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهَا قَالَتْ كَانَ أَحَبُّ الْعَمَلِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الَّذِي يَدُومُ عَلَيْهِ صَاحِبُهُ

Qutaibah menuturkan kepada kami dari Hisyam bin Urwah dari ayahnya dari Aisyah -radhiyallahu’anha-, dia berkata, “Amal yang paling disukai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah yang dikerjakan secara terus menerus oleh pelakunya.” (HR. Bukhari dalam Kitab ar-Riqaq)

Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Komentar Anda: