. Khutbah 'Idul Adha (empat) | Al-Qolamu

Al-Qolamu

Inspirasi Pencerah

Home » » Khutbah 'Idul Adha (empat)

Khutbah 'Idul Adha (empat)

pengorbanan dan pengabdian merupakan suatu manifestasi dari didikan Islam kepada ummatnya untuk memperkuat jiwa kesetia kawanan sosial dan dermawan, serta untuk melatih dan membiasakan ummat untuk mengorbankan segala sesuatu yang dimilikinya demi untuk keselamatan dan kebahagiaan ummat bersama-sama serta kemajuan masyarakat bangsa dan negara serta kejayaan Islam.
MAKNA HARI RAYA 'IDUL ADHA
oleh : M. Dachlan Aziz
Assalamu 'alaikum wr. wb.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Allahu Akbar Kabiro, Walhamdulillahi Kasyiro,
Wasubhanallohi bukrotaw-wa’ashila.
Laa-ilaha IllAllahu WAllahu Akbar.
Allahu Akbar, Walillahil-hamd.

Alhamdulillahi ahmaduhu Subhanahu Wata’ala ‘ala ni’amihil ghizar. Asy-kuruhu ‘ala qisamihil midror. Wa-asy-hadu anna sayyidana Muhammadan ‘abduhu rosuluhun-nabiyyul mukhtar. Shollollohu ‘ala sayyidina Muhammadiw-wa’ala aa-lihil-ath-har, wa-ash-habihil akhyar. Wasallama tasliman-kasiro, ayyuhan-nasut-taqulloha robbal ‘alamin. Fat-taqwaa washiy-yatullohi lil awwalina wal-akhirin. Wasyi’arul mu’minina, wadisarul muttaqin.

Saudara-saudara kaum muslimin yang berbahagia, Alhamdulillah Puji dan Syukur terlebih dahulu kita panjatkan ke hadirat Alloh SWT yang dengan Taufik dan Inayah-Nya kita semua kaum muslimin dapat berkumpul dan merayakan Hari raya 'idul Adha dengan tenang dan khidmat dan dapat melaksanakan Sholat ‘Idh dengan khusyu’ dan tadharru’ dalam Naungan dan Keridho’an Alloh SWT.

'idul Adha dinamakan juga 'idul Qurban, karena sejak fajar menyingsing di pagi hari ini, sampai terbenam matahari pada tanggal 13 Dzulhijjah nanti, atau yang disebut hari Tasyriq, selama empat hari berturut-turut itu kita berada dalam suasana 'idul Adha. Hari Raya yang terbesar dalam Islam. Hari Raya yang menggambarkan betapa besar dan agungnya ummat Islam yang telah bertaqwa kepada Alloh SWT.

Dari peristiwa sejarah kita telah mengetahui akan peristiwa penting dalam arti dan makna Idul Adha, dimana Nabi Ibrahim AS telah memberikan pengorbanan yang besar dan mengagumkan dengan penyembelihan atas putranya Nabi Ismail AS, demi pengabdiannya yang besar kepada Alloh SWT . Dan Alloh SWT telah membalas pengabdian itu dengan menukar Nabi Ismail AS dengan seekor kambing kibas.

Pengorbanan yang besar yang telah dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS itu oleh Agama Islam telah dianjurkan untuk dilaksanakan pula oleh kaum muslimin, sebagai tanda daripada keikhlasan dan sesediaannya untuk memberikan pengorbanan dan pengabdiannya kepada Alloh SWT dengan menyembelih hewan qurban, yang dagingnya dibagi-bagikan kepada fakir miskin yang berada disekitar kita.

Penyembelihan hewan qurban itu merupakan standar ukuran buat masing-masing kita, sampai seberapa besar keimanan, ketaqwaan, keikhlasan serta kesediaan kita untuk berkorban demi untuk pengabdian kita kepada Alloh SWT. Karena Alloh SWT tidak menerima daging dari hewan-hewan yang kita potong, melainkan hanya niat amal kita yang ikhlas sajalah yang diterima AllohSWT, sebagaimana disebutkan dalam Al-qur’an surat Al-Hajj ayat 37 :

“Lay-yanalalloha luhumuha wala dima uha walakiy-yanalulut-taqwaa minkum.”
Artinya :
Bahwa Alloh SWT tidak akan menerima daging-daging yang menjadi qurban dan tidak pula akan darahnya, melainkan Alloh SWT akan menerima Taqwa.

Dari ayat tersebut kita memperoleh pelajaran bahwa hewan-hewan kurban yang
kita potong itu, baik itu kambing, sapi maupun kerbau, maka bukanlah daging-daging atau darah-darahnya yang akan diterima Alloh SWT, melainkan ketaatan, keikhlasan dan pengabdian kita yang sungguh-sungguh itulah yang akan diterima dan dibalas dengan pahala yang setimpal oleh Alloh SWT.

Oleh karena itu, pengorbanan dan pengabdian merupakan suatu manifestasi dari didikan Islam kepada ummat Islam untuk memperkuat jiwa kesetia kawanan sosial dan dermawan, serta untuk melatih dan membiasakan ummat untuk mengorbankan segala sesuatu yang dimilikinya demi untuk keselamatan dan kebahagiaan ummat bersama-sama serta kemajuan masyarakat bangsa dan negara serta kejayaan Islam.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.

Saudara-saudara kaum muslimin yang berbahagia. Apabila kita memperhatikan berkurban dari segi memperoleh Keridho’an Alloh, maka sesunggunya berkorban ini amatlah besar pahalanya, sebagaimana dinyatakan oleh Rosullulloh SAW dalam sebuah Hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah RA.

“Al-Udh-hiyatu lishohibiha bikulli sya’rotin hasanah”
Artinya :
Berkurban itu untuk yang melaksanakannya, akan dibalas Alloh dengan pahala
tiap-tiap satu helai rambut (bulu hewan) adalah satu kebajikan.

Wahai saudara-saudaraku kaum muslimin, alangkah besar amal ibadah berkurban ini. Gunakanlah kesempatan ini sebaik-baiknya. Hidup ini pasti akan mati, harta kekayaan pasti akan kita tinggalkan seluruhnya, yang akan kita bawa hanyalah amal ibadah kita yang kita lakukan selagi kita masih hidup.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Saudara-saudara kaum muslimin yang berbahagia. Hari ini begitu usai melakukan Sholat Idh, hingga hari-hari Tasyriq tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah, Ummat Islam yang mampu diperintahkan untuk berkurban dengan memotong hewan kurban, yang dagingnya dibagikan kepada fakir miskin dan mereka yang membutuhkan.

Bahkan dari hadist Nabi SAW dapat dipahami bahwa menyembelih ternak kurban merupakan keharusan bagi setiap muslim yang mampu, dimana Rosullulloh SAW mengancam orang yang tidak mau berkurban maka tidak boleh mendekati tempat sholat beliau, sebagaimana di jelaskan dalam hadistnya :

“Man kana lahu sa’atun falam yudhohhi fala yaq-rubanna mushollana”
Artinya :
Barangsiapa punya kelapangan rizki tapi tidak mau berkurban, maka tak patut ia mendekat tempat sholat kami.


Ajaran tentang kurban telah disyariatkan kepada berbagai bangsa disegala zaman, meski dengan bentuk yang berbeda-beda, seperti dinyatakan dalam Al-Qur’an surat Al- Hajj ayat 34 :

“Walikulli ummatin ja’alna man-sakal liyazkurus-mallohi ‘ala ma rozaqohum mim-bahimatil an’am”
Artinya :
Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada mereka.

Secara psikologis binatang yang dikorbankan itu melambangkan sifat kebinatangan yang melekat pada diri manusia, seperti sifat kejam, serakah dan egois, yang perlu dibuang dengan tebusan penyembelihan hewan sebagai upaya memenuhi panggilan dan perintah Alloh SWT.

Oleh karena itu darah yang mengalir dari binatang kurban hendaknya dapat membuat kita menjadi insyaf, bahwa binatang saja rela untuk mati demi menuruti kemauan manusia yang menguasainya. Maka sewajarnyalah jika manusia suka berkurban di jalan Alloh, yang kekuasaan-Nya atas manusia jauh lebih besar jika dibandingkan kekuasaan manusia atas hewan. Karena Alloh SWT bukan saja kuasa atas manusia, akan tetapi Dia-lah yang menciptakan dan memeliharanya.

Sunnguh banyak sekali hikmah dan nilai rohani yang dapat kita petik dari ajaran dan pelaksanaan ibadah kurban ini, karena itu adalah tugas kita semua untuk mencontoh dan mengambil tauladan dari derap dan langkah serta sikap Nabi Ibrahim AS dalam mewujudkan dan mempertahankan keyakinannya kepada Alloh SWT.

Semua orang tahu, bahwa dari drama besar ketiga tokoh, yakni Nabi Ibrahim AS, Siti Hajar dan Nabi Ismail AS itulah awal peristiwa besar yang menjadi sejarah abadi ini.

Tokoh Nabi Ibrahim AS sebagai seorang ayah, patut dijadikan contoh tauladan bagi ayah-ayah dimasa kini. Beliau amat mencintai anak dan istrinya, tetapi cintanya kepada Alloh diatas segala-galanya. Karna itu beliau rela mengorbankan apa saja, bahkan mengorbankan putranya sendiri sekalipun, demi untuk memenuhi panggilan Alloh SWT. Godaan Iblis yang tak henti-hentinya itu, tak mampu menggoyangkan imannya, bahkan semakin tabah dan tetap hatinya.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Saudara-saudara kaum muslimin yang berbahagia. Dalam rangkaian sejarah peristiwa kurban ini, Siti Hajar sebagai seorang istri dan ibu yang amat kuat imannya dan setia kepada suami serta cinta dan kasih sayang kepada puteranya. Ibu yang demikian ini wajib diteladani oleh ibu-ibu masa kini. Ia seorang ibu yang baik, sabar dan tabah. Ia tidak duka ketika suaminya meninggalkannya seorang diri di gurun sahara. Ia merelakan suaminya pergi karena kepergiannya itu untuk memenuhi panggilan Illahi. Ia rela berkurban dan mengurbankan apa saja, bahkan merelakan putranya untuk disembelih oleh suaminya sendiri, demi untuk bakti kepada Alloh SWT. Ia tidak mempan digoda oleh Iblis walaupun godaan itu menggiurkan, Ia menolak semua godaan itu.

Karena itu tekad yang tulus dan iklas Siti Hajar itu patut dicontoh dan diteladani oleh kita semua, terutama oleh para Ibu dan wanita-wanita masa kini. Kesetiaan seorang istri kepada suaminya dan ketabahan serta kesabaran dalam mengemban tugas-tugas rumah tangga adalah sumber keharmonisan rumah tangga itu sendiri, sekaligus kebahagiaan dalam rumah tangga.

Peran seorang ibu amatlah penting dalam membentuk watak dan kepribadian seorang anak yang baik, dan akan menentukan watak bangsa dikemudian hari, sebagaimana dinyatakan oleh Rosullulloh SAW dalam hadistnya :

“Almar-atu ‘imadul bilad, iza soluhat soluhat, wa iza fasadat fasadat”
Artinya :
Wanita adalah tiang negara, apabila ia baik maka baiklah negara itu, dan
apabila rusak maka rusak pula negara itu.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Saudara-saudara kaum muslimin yang berbahagia, Sejenak kita perhatikan tokoh Ismail AS, Ia adalah seorang tokoh yang patut ditiru dan dicontoh oleh para remaja kita dewasa ini. Untuk membuktikan ketakwaan dan baktinya kepada Alloh SWT, serta baktinya kepada kedua orangtuanya, Ia rela mengorbankan nyawanya berpisah dari jasadnya. Bukankah ini sebuah pengorbanan yang amat luar biasa dari seorang pemuda ? Hanya dengan pengorbanan yang besar itulah kebahagiaan akan dimiliki, Alloh telah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Ali Imron ayat 92 :

“Lan-tanalul birro hatta tunfiqu mimma tuhibbun”
Artinya :
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai.

Untuk mewujudkan pembangunan bangsa dan mensejahterakan ummat serta tegaknya syi’ar Islam ini, maka kita amat memerlukan remaja yang berjiwa besar dan berakhlaq mulia. Kita masih memerlukan para remaja yang ikhlas dan berani berkurban untuk mencapai cita-cita yang luhur, Dan karena itu wahai remaja sekalian, jauhkanlah gaya hidup kalian akan kebudayaan yang merusak akhlaqmu, seperti penyalahgunaan psitropika/narkoba, perkelahian, perjudian, pergaulan bebas dan lain sebagainya.

Ketahui dan ingatlah bahwa hanya di tangan kalianlah sebagai generasi penerus nantinya, terletak Kejayaan ummat Islam dan bangsa ini, dan dalam derap langkah kalianlah hidup dan matinya bangsa ini.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.

Saudara-saudara kaum muslimin yang berbahagia. Peristiwa yang dialami oleh Nabi Ibrahim AS dengan puteranya Ismail, dan ketabahan istrinya Siti Hajar, memberikan contoh bagi kita betapa pentingnya fungsi iman bagi kehidupan keluarga agar kita dapat menempatkan kewajiban taat kepada Alloh SWT harus di atas segala-galanya. Artinya kecintaan kepada Alloh harus diletakkan di atas kecintaan seorangayah terhadap anak, istri, dan di atas kecintaannya pada harta, kedudukan serta kesenangan ataupun kebanggaan lainnya. Sebab, perintah dan ajaran yang telah digariskan Alloh harus kita junjung setinggi-tingginya di atas segala-galanya, harus kita laksanakan dengan tekad yang bulat tanpa keengganan dan pembangkangan sedikitpun.

Keluarga Nabiyalloh Ibrahim AS telah menunjukkan contoh yang demikian itu yaitu kehidupan rumah tangga muslim yang benar-benar dibangun dengan kekompakan dan kerukunan, yang dilandasi oleh dasar iman dan taqwa. Bagi keluarga yang demikian itu tentu tak ada satu pengorbananpun yang dirasa berat untuk melaksanakan perintah Alloh dan memperjuangkan agama-Nya

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.

Saudara-saudara kaum muslimin yang berbahagia. Dalam melaksanakan sholat 'idul adha ini, kenangan kita terbang ke tanah suci dimana seluruh kaum muslimin yang saat ini berkesempatan menunaikan rukun islam yang ke lima, hari ini sedang melaksanakan ibadahnya di Mina, setelah berwukuf di padang Arafah kemarin tanggal 9 Dzulhijjah Ibadah hajji disamping mengandung pahala yang besar, juga mengandung ajaran-ajaran dan hikmah-hikmah yang penting, antara lain :

  • Supaya ummat islam bersatu
  • Supaya ummat islam hidup berjamaah dan bermasyarakat
  • Supaya ummat islam bersaudara sebagai saudara kandung, kasih mengasihi,hormat menghormati.
  • Supaya ummat islam merasa sama setaraf dengan yang lain, tidak dipisah atau dibedakan oleh pangkat, kedudukan dan harta kekayaan, kecuali taqwanya kepada Alloh SWT, siapa yang lebih tinggi dan berat taqwanya kepada Alloh, maka dialah yang lebih mulia disisi Alloh SWT.

Hendaknya ajaran dan hikmah-hikmah ibadah hajji ini, kita resapi dan kita amalkan, terutama untuk membina ukhuwah islamiyah, persatuan ummat dan bangsa.

Mudah-mudahan segala ibadah kita di hari raya hajji ini, baik kita yang tidak melakukan ibadah hajji mapun yang sedang melakukan ibadah hajji, akan membuahkan segala hikmah yang dituju oleh semua amal ibadah hajji itu, sehingga berbekas yang baik bagi dirinya sendiri maupun bagi masyarakat pada umumnya, sehingga dengan demikian dapat memberikan bekal yang sangat berharga bagi perjuangan hidup, pembangunan bangsa, serta kejayaan Islam.

Marilah kita bersama-sama berdo’a sebagaimana do’a yang dimunajatkan oleh Nabi Ibrahim AS :

“Robbij-‘al hazal balada aminaw-wajnubni wabaniyya an-na’bunal ashnam, Robbi inna-hunna adh-lalna kasirom-minan-nas, faman-tabi’ani fain-nahu minni, waman ‘ashoni fainnaka ghofurur-rohim”

"Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala. Ya Tuhan-ku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan
daripada manusia, maka barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

“Robbanaa innaka ta’lamu ma nukhfi wama nu’lin, wama yakhfaa ‘alallohi min-syai-in fil-ard-dhi wala fis-sama’”

Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami lahirkan; dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit.

“Robbij-‘alni muqimash-sholati wamin zurriyyati, robbana wataqobbal-du’a”

Ya Tuhan kami, jadikanlah kami dan anak cucu kami orang-orang yang tetap mendirikan sholat, ya Tuhan kami, perkenankanlah do`a kami.

Ba rokAllahu li walakum fil qur’anil adzim. Wanafa’ani waiyyakum bimafihi minal aa-yati wazikril hakim. Wataqobbala minni waminkum tilawatahuu innahu huwas-sami’ul ‘alim. Aqulu qawli haza wa astagh-firullohal adzima li walakum walisa iril muslimina wal muslimat, wal mu’minina wal mu’minat, fastaghfiruhu innahu huwal ghofurur-rohim”

KHUTBAH KE 2 :

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar,Allahu Akbar.
Allahu Akbar Kabiro, Walhamdulillahi Kasyiro,
Wasubhanallohi bukrotaw-wa’ashila.

Alhamdulillahil lazii amarona bil ittihadi wal i'tishomi bihablil-lahil
matin.

Asy-hadu alla-ilaaha illAllahu wahdahu la syarikalahu iyyahu na'budu wa
iyyahu nasta'in.
Wa asy-hadu anna sayyidana Muhammadan 'abduhu warosuluhul mab'u-su
rohmatan lil 'alamin.
Allahumma sholli wasallim wabarik 'ala sayyidana Muhammadiw-wa'ala aalihi
wa-ashabihi ajma'in.
Amma ba'du.
Faya 'ibadalloh..., ittaqulloha mas-tatho'tum, wasari'u ila maghfiroti
robbil 'alamin.
Wa'lamu annalloha subhanahu wa ta'ala amarokum biamrim-bada-a fihi binafsih.
Wa-sanna bimala ikatihil musabbihati biqudsih.
Faqola Ta'ala fi kitabihil 'adzim, Innalloha wamala ikatahu yusholluna
'alan-nabiy.
Yaa ayyuhal lazina aa-manu shollu 'alai-hi wasallimu taslima.

Allahumma sholli wasalim wabarik 'ala sayyidina muhammadin sayyidil mursalin.
Wa 'ala aa-lihi wa-ash-habihi waqorobatihi wa-azwajhi wazurri-yatihi ajma'in.
War-dhollohumma 'ala arba'atil khulafaa-ir-rasyidin.
Sayyidinaa abi bakriw-wa'umaro wa'usmana wa'ali, wa'ala
baqiyyatish-shohabati wat-tabi'in. Wa tabi'it tabi'in.
Waman tabi 'ahum bi-ihsanin ila yaw-middin.
Wa'alayna ma'ahum birohmatika yaa arhamar-rohimin.
Allahumma ashlih jami'a wulatil muslimin.
Wan-shuril islama wal muslimin.
Wa-ahlikil kafarota wal-muslimin.
Wa'li kalimataka ila yawmiddin.

Allahummagh-fir lil muslimina wal muslimat.
Wal mu'minina wal mu'minat.
Al ahya-i minhum wal amwat.
Innaka sami'un qoribum-mujibut-da'wati yaa qodiyal hajat.

Robbanaf-tah bay-nana wabay-na qawmina bil haqqi wa-anta khoy-rul fatihin.
Robbanaa aa-tinaa fid-dun-ya hasah, wafil akhiroti hasanataw waqina
'azaban-nar.
'Ibadalloh, innalloha ya'muru bil 'adli wal-ihsan, wa itaa-i zil qurba
wayanha 'anil fah-sya-i wal-munkari wal baghyi.
Ya 'izukum la'allakum tazakkarun.
Faz-kurullohal 'adzima yazkur-kum wad'uhu yastajib lakum walazikrullohi
akbar, Allahu Akbar walillahilhamd

http://alqolamu.blogspot.com/2014/10/khutbah-idul-adha-empat.html

Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Komentar Anda: