. Maka sebelum KEHILANGAN itu Terjadi | Al-Qolamu

Al-Qolamu

Inspirasi Pencerah

Home » » Maka sebelum KEHILANGAN itu Terjadi

Maka sebelum KEHILANGAN itu Terjadi

maka makna kehilangan tidak lagi hanya sebagai kesedihan semata, melainkan ujian atau tempaan atas kualitas ketabahan dan kesiapan diri. Kita harus siap kehilangan karena kita hanya menjalankan peran kehidupan, tidak memiliki apapun bahkan diri kita sendiri.
Sulaiman, anak berusia 15 bulan itu tidak mau lepas dari gendongan saya, padahal anak itu sama sekali tidak pernah kenal dengan saya sebelumnya. Neneknya dan dahlia Hasibuan ibu bayi itu duduk bersimpuh di lantai yang dingin, tak kuasa menahan tangis haru. "Mungkin dia rindu sama bapaknya" kata sang nenek parau. Anggota rombongan lainnya dan para wartawan yang memenuhi gubuk sempit itu, kelu dalam kebisuan yang menggetarkan.

Bagitu Chaidir memulai tulisannya tentang 'Suara Air Mata'. Satu kisah yang menggambarkan nasib anak-anak yang 'kehilangan' orang tuanya akibat sebuah bentrokan berdarah antara masyarakat petani dengan sebuah perusahaan besar di propinsi Riau beberapa tahun yang lalu.

Terlepas dari perbedaan hal yang hilang, reaksi atas kehilangan, cara menyikapi, mengatasi dan mengartikan kehilangan, serta dampak yang ditimbulkannya, siapapun pasti pernah mengalami kehilangan. Sebuah guratan taqdiryang sebagian besarnya melahirkan perasaan 'tidak menyenangkan'.

Kehilangan sebuah benda yang berharga bisa berarti petaka bagi sebagian orang, dan kehilangan sosok seseorang bisa berarti derita. Bahkan seringkali kehilangan sesuatu atau seseorang bisa menyebabkan kehilangan harapan dan kesadaran akan conscience (suara hati), sehingga arti kehilangan bisa mengubah persepsi seseorang atas kehidupan. Tidak sedikit orang yang membentuk arti dan persepsi kehilangan sebagai penderitaan dan larut di dalamnya, menjadi kehilangan kepercayaan dan kebermaknaan hidup.

Sejatinya, kehilangan merupakan bagian dari rasa memiliki karena adanya keterikatan atas sesuatu atau seseorang. Kehilangan menunjukkan rasa yang tidak sepenuhnya utuh, merasa kurang tanpa hadirnya sesuatu atau seseorang.

Berikut beberapa alasan mengapa kita merasa Kehilangan :

PERTAMA kita merasa kehilangan karena menyadari bahwa kita membutuhkan yang hilang itu. Intensitas kebersamaan dan kedekatan membuat kita terbiasa dan merasa biasa. Namun, ketika yang terbiasa dan biasa itu tak ada, kita merasa ada yang kurang dan hilang dari kebiasaan dan keterbiasaan itu. Ini menunjukkan bahwa kita membutuhkan kehadirannya, keberadaannya, perannya, fungsinya dan kebermanfaatannya untuk kita, sehingga rasa membutuhkan itu bisa berkembang menjadi mengharapkan yang hilang.

KEDUA kita merasa kehilangan karena kita mencintai dan menyayangi yang hilang itu. Kehilangan sahabat, teman, keluarga atau orang terkasih merupakan bentuk kehilangan karena cinta kita kepada mereka. Kedalaman rasa bisa mengukuhkan arti kehilangan dalam diri dan hati kita, sehingga kehilangan itu bisa berdampak tidak biasa dan luar biasa bagi hidup dan hati seseorang.

KETIGA Kita merasa kehilangan karena sesuatu atau seseorang yang hilang itu sangat berharga dan berarti untuk kita. Biasanya ini baru kita sadari setelah kehilangan itu terjadi. Kita seringkali merasa terlambat atau bahkan baru menyadari betapa berharganya sesuatu dan betapa berartinya seseorang untuk kita setelah semua itu hilang, sehingga kita merasa kehilangan dan merasakan arti kehilangan sebagai adanya 'kekurangan, kekosongan, atau kehampaan' tanpa kehadiran yang hilang tersebut.

Di bagian ini lah pentingnya kembali mengingat pesan Rasulullah SAW tentang 5 perkara sebelum 5 lainnya :


اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ

“Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara:
  1. Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,
  2. Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,
  3. Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,
  4. Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,
  5. Hidupmu sebelum datang kematianmu."
(HR. Al Hakim dalam Al Mustadroknya, dikatakan oleh Adz Dzahabiy dalam At Talkhish berdasarkan syarat Bukhari-Muslim. Hadits shahih)

Dengan menyadari bahwa 5 kehilangan ini adalah suatu keniscayaan maka makna kehilangan tidak lagi hanya sebagai kesedihan semata, melainkan ujian atau tempaan atas kualitas ketabahan dan kesiapan diri. Kita harus siap kehilangan karena kita hanya menjalankan peran kehidupan, tidak memiliki apapun bahkan diri kita sendiri.

Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Komentar Anda: